Senin, 18 September 2017

Peran Tari Nusantara



      Berdasarkan perannya, tari nusantara dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
 yaitu tari upacara, tari hiburan( pergaulan) dan tari tontonan.

 1. Tari upacara
Peran tari sebagai sarana upacara merupakan peran atau fungsi tertua di Indonesia. Hmpir semua wilayah nusantara memiliki tari yang berfungsi sebagai sarana upacara ritual. Kedudukan tari dalam suatu upacara berfungsi sebagai media komunikasi antara masyarakat dengan sesuatu yang dikeramatkan (para dewa/dewi , roh leluhur atau nenek moyang).

Tari – tarian yang dipertunjukkan sebagai sarana upacara antara lain mempunyai  ciri – ciri sebagai berikut :

  1.    Tempat pertunjukannya tidak sembarang tempat, biasanya pertunjukan dilakukan di  tempat – tempat yang dianggap sakral, seperti pura, candi, hutan, atau tanah lapang2.
  2. Pemilihan waktu atau saat pertunjukan biasanya dikaitkan dengan sesuatu yang dianggap sakral, seperti saat bulan purnama atau tengah malam.
  3. Penarinya dipilih, yaitu penari yang berada dalam keadaan bersih secara spiritual dan dianggap suci. 
  4.  Dalam pertunjukannya, tari tidak terlepas dari sesaji yang jenisnya banyak dan bermacam – macam.
  5.  Pertunjukannya selalu dikaitkan dengan penyelenggaraan upacara tertentu, misalnya  meminta hujan, berburu, atau peperangan.
  6.  Dalam perrtunjukannya, penari menggunakan busana khusus

Jenis tari nusantara yang berfungsi sebgai sarana upacara ritual, diantaranya sebagai berikut :

1. Tari Tor – Tor dari Sumatra Utara
Tari ini dipertunjukan pada saat prosesi upacara kematian suku Batak. Gerakan lengan dan tangan menjadi ragam gerak yang dominan dalam tari ini. Bentuk gerak tarinya seperti orang menyembah dan dipadukan dengan gerak ritmis dari kedua kaki yang diiringi lagu – lagu pujian.

   2. Tari  Kayou dari Kalimantan Tengah
Tari ini merupakan tari perang yang menceritakan kegagahan dan keterampilan kaum laki – laki suku Dayak, dalam menggunakan senjata khas sukunya, yaitu Mandau. Kayau berasal dari kata mengayou yang artinya memenggal kepala musuh, setiap kepala musuh yang berasil dipenggal mereka bawa ke pameranm “Damang” atau rakyat kampungnya.
3. Tari Dodot dari Banten Selatan
Tari ini berfungsi sebagai sarana upacara tanam dan panen padi. Tari ini dilaksanakan pada setiap tahapan dalam penanaman padi hingga panen.
Ragam gerak yang dilakukan merupakan olah gerak kepala, lengan, badan, dan kaki yang disertai doa yang menjadikan suasana ritus.

4. Tari meminta Hujan dari Nusa Tenggara Timur
Tari ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tari persembahan kepaada dewa langit agar dapat menurunkan hujan, terutama setelah musim kemarau yang berkepanjangan. Tari ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan denan ragam gerak menggambarkan peniruan gerak- gerak mega dan curah hujan.
 
    5. Tari Rejang dan Baris dari Bali
Tari yang lahir dan berkembang di Pulau Dewata ini, pertunjukannya dilakukan secara berkelompok dan berfungsi sebagai tari penyambutan para dewata yang diundang turun ke pura pada saat Upacara Piodalan.Tari Rejang ditarikan oleh perempuan sedangkan Tari Baris ditarikan oleh laki – laki.

Tarian yang berfungsi sebagai hiburan dan tontonan, di antaranya sebagai berikut  :

      1.  Tari Piring dari Sumatra Barat
Tarian ini lahir dan berkembang di Minangkabau, Sumatra Barat dan merupakan milik masyarakat yang tidak diketahui siapa penciptanya.Tari Piring dipentaskan pada aktivitas pertanian dan aktivitas sosial masyarakat lainnya dengan gerakan atraktif dan dinamis saat memainkan piring. Tari Piring dapat dimainkan dengan gaya  darek ( darat ) dan gayapasisia (pesisir).

     2. Tari Merak dari Jawa Barat
Tarian ini termasuk genre tari kreasi baru yang diciptakan atas permintaan Bung Karno. Keindahan burung merak terletak pada sayapnya yang memiliki motif khas dan berbagai gradasi warna. Tari Merak menyerupai gerak burung merak yang sedang memamerkan keindahan sayapnya dan ditarikan oleh perempuan.

3. Tari Gambyong Pareanom dari Jawa Tengah
Gambyong merupakan tari kreasi perkembangan dari Tari Tayub yang awalnya digunakan pada upacara ritual pertanian untuk memohon kesuburan dan panen yang melimpah. Dalam perkembangannya pihak Keraton Mangku Negara Surakarta menata ulang dan membakukan gerakannya menjadi  tari penyambutan tamu - tamu kehormatan atau  kenegaraan.

4. Tari Trunajaya dari Bali
Tarian ini lahir dan berkembang di tengah-tengah penganut Hindu. Gerakannya mendapat pengaruh dari budaya India yang memiliki kemiripan dengan geraktribhangga. Tari ini menggambarkan keindahan dan kejayaan kaum muda yang penuh gejolak, penuh semangat, rasa ingin tahu, dan tercermin dalam gerakan yang sangat dinamis dan penuh ketegasan. Warna busananya dominan berwarna ungu sebagai simbul kewibawaan.

5.   Tari Blantek dari Betawi
Pada awalnya, tarian ini merupakan bagian dari pertunjukan teater rakyat atau lenong yang ditampilkan pada pembukaan cerita. Sekarang, Lenong sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Betawi. Namun, dalam perkembangannya, keberadaan tarian ini dikemas dan ditata ulang untuk kebutuhan pertunjukan atau hiburan dengan nama Tari Blantek.
     6.  Tari Anak Perdamain dari Papua
Masyarakat Papua yang terbagi atas berbagai suku. Pada awalnya, mereka merupakan masyarakat pemburu. Sampai akhirnya, mereka bersepakat untuk membagi daerah perburuan. Sebagai konsekuensi, apabila ada yang melanggar, hal itu akan mengakibatkan perang antar suku. Upacara untuk kesepakatan atau perdamaian dilaksanakan setiap tahun. Tari ini termasuk jenis tari hiburan dan tontonan karena merupakan gambaran peristiwa masa lalu, khususnya penyelenggaraan upacara perdamaian tersebut.


Ciri Khas Tari Nusantara


1.    Ciri-ciri tari daerah Sulawesi
           Di Sulawesi Selatan kebanyakan peragaan tari dilakukan oleh penari perempuan secara berkelompok. Di Su
lawesi selatan hampir tidak ada tarian yang diperagakan secara berpasangan. Ciri gerakannya indah, lemah gemulai dan bermakna. Iringannya keras dan tegas. Pola lantai yang digunakan sederhana namun bermakna, sejajar, melingkar dan bersap-sap.
 
a.    Tari Pagellu
           Tari Pagelu berasal dari tanah Toraja. Tarian ini di pentaskan pada upacara-upacara perayaan, seperti pernikahan, panen, peresmian rumah adat tongkonan, menyambut para pejuang sepulang perang yang membawa kemenangan.
Tari Pagellu menggambarkan para petani yang sedang panen padi di sawah dengan memakai ani-ani. Tari Pagellu ditarikan oelh kaum wanita, dengan diiringi irama gendang yang ditabuh oleh kaum laki-laki.
b.    Tari Cakalele
           Tari Cakalele berasal dari Minahasa. Tari ini diciptakan untuk mengenang kemenangan pada saat mengh
adapi Portugis. Tari Cakalele merupakan tarian kebesaran yang diperlihatkan para prajurit seusai perang. Tata tias maupun tata busana yang dikenakan terkesan seram. Membawa pedang, kostum berwarna merah, tubuh dililit bulu-bulu ayam hutan berwarna merah, dileher tergantung kalung berliontin kerangka kepala monyet yang emlambangkan kecepaten meloncat. Sekarang tarian Cakalele berfungsi sebagai penyambut tamu.
c.    Tari Masale
          Tari Masale berasal dari Sulawesi utara. Gerakan tari Masale diambil dari gerakan beladiri pencak silat. Misalnya loncatan yang cepat diserti loncatan tubuh yang terkesan kuat tetapi riangan.

2.    Ciri-ciri tari daerah Sumatra

          Sumatra memiliki berbagai macam bentuk seni tari daerah. Tari daerah tersebut dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda pula.
a.    Sumatra Barat
         Ciri-ciri daerah Sumatra Barat adalah geraknya maknawi, sederhana, banyak menggunakan gerak tangan denga jari-jari yang membuka, patah-patah menyiku, nampak berat dan kuat. Badan turun naik dan memutar. Tarian banyak diperankan secara berpasangan dan kelompok.
b.    Sumatra Selatan
        Ciri gerak tarinya dipengaruhi ragam tari klasik dari kerajaan Sriwijaya. Contohnya tari Genta Shiwa. Gerakannya lincah, membawa cawan berisi lilin, bedan merendah langkahnya melenggang membawa lilin.
c.    Sumatra Utara
       Tari Sumatra Utara banyak yang termasuk jenis tari pergaulan yang ditarikan secara berpasangan. Geraknya lincah, ringan, dinamis dan sangat energik. Tangan melengggang, kaki meloncat-loncat seperti tari Serampang Dua Belas. Contoh : tari Tor-tor Pandungo Dungoi. Jari- jari tangan merapat, gerak turun naik memutar sedikit menunduk dan lincah.
d.    Nanggroe Aceh Darusalam
       Tari di daerah ini diperagakan dengan lincah luwes dan ringan. Ciri seperti ini juga diikuti dengan kekompakan gerak yang disertai tepuk tangan, petikan jari, dan tepukan rebana kecil. Contoh tari daerah NAD adalah tari Zapin, tari Saman dan tari Seudati.
e.    Jambi/Riau
       Daerah Jambi dan Riau mempunyai bentuk tari yang hampir sama, dengan gerakan cepat, lincah dan dinamis. Bentuk tarian di daerah ini dipengaruhi oleh budaya Melayu gerakannya rampak dengan loncatan dan putaran badan yang disertai liukan tubuh. Tarian ini di tarikan oleh putra maupun putri. Contoh : Tari Zarra Zapin dan tari Menapak Fajar.

3.    Kalimantan
       Gerak tari Kalimantan Timur lincah, bersemangat, tegas dan dilakukan secara berpasangan. Gerak tari Kalimantan Tengah dinamis imitatif. Gerakan tari ini mengandung makna permohonan, perlindungan dan harapan. Gerak tari Kalimantan Barat berkesan spontan, ekspresif, kontinyu tapi tiba-tiba menghentak dengan disertai lengkungan. Kekompakan gerak sangat diperhatikan untuk memberi kesan kokoh dan kuat.
Contoh :
a.    Tari Hudoq
       Tari Hudoq berasal dari suku Dayak bahau dan Modang di Kalimantan Timur. Tari Hudoq ditarikan oleh laki-laki yang memakai topeng seram dan baju rumbai-rumbai dari daun pisang. Topeng tersebut bertujuan untuk menghalau hama dan roh jahat dalam keberhasilan panen. Hudoq merupakan tarian ritual suku dayak yang dilakukan saat akan memulai  masa tanam padi, membersihkan desa (nguyu tahun), dan merayakan masa panen. Ritual ini dimaksudkan untuk memperoleh panen yang baik, desa yang sejahtera, ; serta mengucapkan rasa terima kasih atas keberhasilan panen. Biasanya, tarian ini dilakukan di tanah lapang, di halaman rumah panjang, atau di serambi panjang (usei) dan berlangsung selama 1 jam sampai 1 hari.
       Hudoq dipimpin oleh seorang pawang. Ia akan memberi sesaji kepada dewi padi dan Po' Matau, sang pencipta alam semesta. Setelah itu, ia akan memanggil roh-roh yang berdiam di alam untuk masuk ke tubuh para penari. Selama kerasukan, para penari akan menari-nari mengikuti irama musik. Roh-roh yang merasuki ini diminta; untuk memelihara tanaman, mengusir hama, dan menjaga desa. Setelah tarian selesai pawang akan meminta roh-roh
 ini untuk kembali ke tempatnya semula.
  
        Ada 2   macam   hudoq, hudoq Dayak Bahau dan Modang dan hudoq Dayak Kenyah (hudoq kita). Perbedaannya terletak pada  jumlah penari, pakaian dan topeng yang dlkenakan, serta musik yang mengiringinya. Pada hudoq Bahau dan Modang terdapat 11 penari. Mereka mengenakan topeng kayu yang dlpahat menyerupal binatangt pengganggu dan binatang buas.
Pakaiannya terbuat  dari kullt kayu dengan dilapisi daun daun pisang kering yang seperti rumbai-rumbai. Mereka ,juga memakai topi bulu burung dan tameng kayu. Selama
menari mereka diiringi gong dan tubun , gendang kecil dari kulit kadal yang dikat dengan rotan.
Hudoq kita, memakai pakaian lengan panjang dan sarung. Mereka memlllki 2 jenls topeng. Pertama, 2 buah topeng manusia (laki-laki dan perempuan) darl kayu yang dipakal oleh 2 orang laki-laki. Sedangkan yang ke dua adalah topeng berbentuk kotak dengan hiasan manik manik pada bagian wajahnya yang merupakan simbol dewi padi, lumlah penari yang memakai topeng dewi padi ini, yang merupakan media roh,tidak dibatasi. Para Penari ini diiringi dengan gong dan sampe, sejenis kecapi dengan 3 senar.
b.    Tari Garah Rahwana
        Tarian ini diangkat dari wayang orang.  Gerak penari laki-laki cepat, melompat-lompat. Gerak penari putri badan sering memutar, lincah, cepat, sangat energik dan ada gerak getaran pada bahu.

4.    Ciri-ciri tari daerah Indonesia Timur

       Tari daerah Indonesia Timur sangat ekspresif dan banyak menggunakan gerak-gerak maknawi. Penampilannya dilakukan secara bersama, membentuk formasi gerak melingkar, berbanjar dan loncatan kaki terkesan kuat (bagi penari laki-laki ) dengan gerak tangn melenggang dan mengayun. Posisi badan condong ke depan.
Contoh :
a.    Tari Tifa
       Tari Tifa berasal dari Maluku Tenggara, bersifat gembira dan dipertunjukan untuk penyambutan tamu. Sebagai ungkapan rasa syukur yang disampaikan melalui syair.
b.    Tari Naikonos
       Tari Naikonos berasal dari pulau Timor Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Tarian ini disajikan sebagai ungkapan kegembiraan dalam menyambut tamu pada acara pernikahan. Juga sebagai ungkapan kemenangan pada waktu menyambut kedatangan para pejuang. Tari ini ditampilakan dengan gerak yang dinamis dan energik.
c.    Tari Penobatan Kepala Suku Lani
       Suku Lani merupakan salah satu suku asli tanah Papua yang mendiami kabupaten Puncak Jaya bagian pegunungan tengah. Pada saat penobatan kepala suku tarian penobatan ditampilkan. Tari penobatan iringan musiknya menggunakan memekai, yaitu alat musik petik tradisional suku Lani, yang digabung dengan beberapa alat musik modern disertai alunan lagu daerah.


5.    Ciri-ciri tari daerah Pulau Jawa
a.    Jawa Timur
       Tari daerah Jawa Timur memiliki ragam gerak yang tegas, berwibawa, pandangan mata tajam, gerak tangan patah-patah, langkah kaki menapak kuat (contoh : Tari Ngremo dan Tari Beskalan). Selain tari Ngremo dan Beskalan ada tari Gandrung Banyuwangen. Ragam gerak tari ini lincah, keras, dan erotis.
b.    Jawa Barat.
       Tari Sunda gerakannya lincah, energis dan erotik. Gerakan pinggul dan pangkal bahu menjadi daya tarik yang kuat. Langkah kakinya cepat dan ringan (untuk penari putri). Contohnya : Tari Ketuk Tilu dan Tari Jaipongan. Kedua tari tersebut termasuk dalam tari pergaulan. Sedangkan gerakan untuk penari putra banyak menggunakan gerakan pencak silat.
      Di daerah Betawi gerak penari putrinya lincah, dengan lenggak lenggok badan dan ayunan serta seblakan selendangnya yang sangat khas. Di Cirebon gerak tarinya berkesan patah-patah dan lincah mengalun dengan menggunakan topeng.
c.    Jawa Tengah
     Tari daerah Jawa tengah terbagi menjadi 2 yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. Gaya Surakarta ragam geraknya dinamis dan lebih komunikatif. Sedangkan gaya Yogyakarta ragam geraknya terkesan kaku, angkuh dan berwibawa.
     Perbedaan 2 gaya tersebut terletak pada langkah kaki, tekukan pergelangan tangan, tolehan kepala, gerakan bahu, dan gerakan badan. Hal itu tampak dalam tari Bedaya Ketawang dan Bedaya Semang).
Untuk peragaan tari kerakyatan tidak begitu tampak perbedaannya. Karena pendukungnya berasal dari masyarakat dari kalangan biasa. Jadi gerakannya  lebih variatif.

Peran Tari Nusantara

      Berdasarkan perannya, tari nusantara dapat diklasifikasikan menjadi tiga,  yaitu tari upacara, tari hiburan( pergaulan) dan t...